*tulisan ini diterbitkan di blog dalam rangka mengenang sahabatku almh. Uswatun Khasanah yang telah banyak memotivasi, memberi wejangan hidup, pelajaran berharga, dan menunjukkan kepada aku bahwa menjadi orang baik selamanya tidak akan membuat diri kita merasa rugi, melainkan sebaliknya.
**sebelumnya tulisan ini sudah diposting di Instagram @kaesta15 pada tanggal 18 Juli 2018.
Pukul sembilan hari ini tidak sama seperti pukul sembilan di hari-hari yang telah lewat. Lagu kesukaan di masa itu mungkin juga telah dilupakan, berganti dengan lagu baru yang lebih segar. Cocok. Mengikuti lingkungan, serta manusia yang berubah. Siapa yang tahu masa depan? Tuhan yang tahu.
Kaki anak-anak menjadi semakin besar. Semakin pula kuat untuk berjelajah. Menapak jalanan yang berbeda-beda tiap bulannya. Jempol, dalam kasus ini, sudah banyak mengecup tanah orang. Dari desa si A yang lebarnya hanya segini, lalu kota si B yang luasnya segitu. Suatu kali, kaki-kaki itu bahkan terlalu kuat. Ada tanah yang tenggelam saking kerasnya digencet sandal. Ada juga kayu yang jebol sebab tak lagi tahan menanggung berat anak-anak itu.
Kata orang, di luar wilayah kampung kelahiran, para perantau harus berjuang hingga sekian. Apalagi kalau seorang diri. Makan harus banyak biar tak kelaparan, sebab siapa yang mau mempedulikan? Bapak dan ibu nun jauh di sana. Uang sudah pasti, tapi selain itu yang dapat mereka berikan lagi hanya doa. Beberapa anak yang belum begitu dewasa bisa jadi rindu masakan ibu kemudian menangis dalam kurun waktu tak lebih dari 72 jam. Makanan yang dijual di dekat pasar mini modern di sudut-sudut jalan raya kota besar tidak pernah mampu menyajikan rasa sebagaimana masakan rumah terasa. Mereka harus punya sugesti bahwa mereka akan baik-baik saja dengan makanan tersebut. Dengan begitu, mereka, anak-anak itu, akan merasa sehat selalu.
Menuntut kesempurnaan di luar rumah sepertinya bukan ide bagus. Sematang apapun rencana, ada saja penyebab kegagalan yang diterima. Hidup memang tidak seklise iklan susu peninggi badan. Butuh usaha yang keras, -sebagian orang bahkan terlalu keras- untuk mencapai puncak tangga yang dibangun dalam khayalan.
Sekali lagi, lagu favorit di tahun 1980 mungkin tak akan sama dengan tahun 2023. Bau makanan instan semakin bermacam-macam. Kereta ekonomi jadi semakin nyaman. Gedung semakin tinggi. Dan anak-anak yang berjuang semakin tua, meski ada pula dari mereka yang tertinggal dalam perkembangannya. Dua jenis: yang tertinggal dan menyusul, serta yang tertinggal dan akan tetap tertinggal untuk selamanya.
*
Terima kasih, sudah pernah hadir dalam hidupku. Bertemu denganmu membuatku ingin menjadi orang yang lebih baik dari apapun seginya. Allah menyayangimu, kawan.

0 Komentar