- Tragis. Menyayat hati. Kemarin aku masih memberinya makan. Kemarin ia masih naik ke kasurku. Kemarin ia masih melompati pintu belakang rumah. Pagi tadi ia bahkan masih bernapas meskipun sedih. Kini ia terbujur kaku. Tak bergerak. Air matanya masih menjejak.
- Ini seperti: walaupun telah mati, tetapi ia nampak masih ingin hidup untuk menangis. Ternyata mata itu memang mengungkapkan segalanya. Ketika kamu benar-benar merasa sedih, matamu akan membuat mata orang lain yang menatapnya merasai luka juga.
- Dan aku agak merasa bersalah karena pernah menyepak kepalanya. Waktu itu aku sedang masak, dan dia mengganggu terus (bahkan sampai menggigit kakiku), jadi karena emosi, aku menendang dia. Dia diam sejenak, walaupun kelak mengeong lagi.
- Hal ini sebenarnya juga merupakan pelajaran buatku agar terus meluaskan garis kesabaran. Kalau ingat hal agak keji itu, aku merasa tidak enak, tapi mau bagaimana lagi. Sekarang kucing itu telah mati: ia sakit serta sedih.
- Mayatnya masih digeletakkan di halaman teras belakang rumahku. Beberapa menit lalu aku mengambil tiga helai tisu untuk menutup jasadnya. Ia benar-benar telah tiada bernyawa. Aku sedih sekaligus takut. Air matanya yang tersisa berlinang ditempa sinar bulan.
- Dan entah mengapa... semut-semut selalu tahu apa yang sudah jadi bangkai.

0 Komentar