[[PROSA]] - Bercermin


Kering kerontang. Bayangan siapa yang aku lihat di cermin sekarang, aku tidak kenal. Jelek dan tidak enak dipandang. Saat aku menatapnya, saat itu juga rasanya mataku juling. Mata dia robek. Tak ada darah keluar, justru menyangsikan. Kosong. Tidak apa-apa. Di celah sobekan itu, hanya tampil kehampaan. Mengapa aku berharap ada sesuatu yang meluap dari sana? Mungkin cacing, atau pisau. Tetapi tak ada apa-apa. Matanya cuma robek, itu saja.


Aku tak kenal dia, sekali lagi. Serasa orang asing. Seperti arwah korban perkosaan yang penasaran karena dendam. Seperti alien dari planet lain yang datang untuk menginvasi bumi. Seperti jin yang mengeraskan badannya cuma untuk berdiri di dekatku. Tapi kenapa arwah, alien, dan jin itu hampir kepadaku? Kenapa aku? Mereka mau menemaniku? Tapi aku tak butuh teman.


Dia nampak sangat berbeda. Dia itu, mampu membuat aku terus bertanya siapa, siapa, siapa. Siapa kamu? Meskipun mungkin kelak aku diberi tahu, rasanya aku akan terus bertanya siapa. Jawaban itu harus diterima olehku dengan cara selain verbal-bukan dari mulut ke telinga. Jawaban itu harus ditumbuhkan dari dalam jiwaku. Rasanya harus tumbuh sendiri, seperti Adam yang tiba-tiba saja jadi manusia pertama. Jawabnya, harus datang sebagai keajaiban. Tidak dipicu, tidak juga dipacu.


Muka dia kotor. Rambutnya juga tidak rapi. Mendadak aku membandingkan dia dengan seorang bocah enam belas tahun lalu. Tangan bocah itu kecil. Mukanya juga cantik. Kalau disepantarkan dengan dia yang aku lihat saat ini, mereka benar-benar berbeda. Dia ini tidak sehat. Aku heran, apakah tiap hari dia minum racun? Menenggak alkohol pun rasa-rasanya tidak sampai begitu muka peminumnya. Benar-benar tidak benar. Apa cermin ini sebuah portal yang terhubung ke neraka? Mungkin saja, dia penghuni tempat itu ....


Kalau kalian berada di tengah-tengah keramaian, sedikit banyak kalian pasti merasakan hawa orang-orang di sekitar kalian. Mau, ataupun tidak. Namun, yang aku rasakan ini sangat berbeda. Hawa dia itu seolah putus. Kami terdiskoneksi.


Aku pergi, minum air putih. Ketika aku kembali, dia masih ada di sana. Masih jadi asing. Aku pergi lagi, makan kebab. Kedua kalinya aku kembali, masih tidak ada auranya. Aku pergi lagi untuk yang ketiga, berak. Saat aku kembali, saat itulah dia mulai bersahabat. Perlahan-lahan dia menyatu dengan aku. Dia mulai jadi bayanganku. Kepalanya itu kepalaku. Mulutnya itu mulutku. Saat itu, dia sudah berubah jadi aku. Yang kulihat di cermin adalah bayanganku. Itu aku, sendirian, tak berteman, tak berkawan. Cuma satu orang. Aku.

0 Komentar