Maaf… aku tidak pernah berpikir bahwasanya aku adalah seseorang yang baik. Aku sadar, tak ada satu pun elemen keindahan yang bersarang pada jasadku. Aku sering membohongi diriku
sendiri. Kerap kusebut “aku cantik”, “cantik”, dan “cantik”. Padahal kenyataannya aku hanyalah seonggok sampah berjalan. Dekil, kusam, hitam,
bau, jerawatan, hidup lagi. Yah, memang tak bisa
dipungkiri. Pun aku tidak suka pakai rok. Mengapa? Karena aku tidak punya rok.
Lalu? Aku adalah orang yang jahat. Aku selalu berpikir sebelum berbicara, tapi entah mengapa tetap saja perkataan yang kuanggap telah “kupikirkan matang-matang” tersebut masih menyakiti orang lain. Tidak hanya satu. Banyak orang yang sudah merasakannya. Mungkin gigi-gigiku tidak terdiri dari jenis geraham dan seri, melainkan taring secara keseluruhan.
Lalu? Aku adalah orang yang jahat. Aku selalu berpikir sebelum berbicara, tapi entah mengapa tetap saja perkataan yang kuanggap telah “kupikirkan matang-matang” tersebut masih menyakiti orang lain. Tidak hanya satu. Banyak orang yang sudah merasakannya. Mungkin gigi-gigiku tidak terdiri dari jenis geraham dan seri, melainkan taring secara keseluruhan.
Kadang-kadang, aku berpikir untuk menjadi seperti
bunga sakura. Walaupun tidak pernah melihatnya secara langsung, tetapi aku merasa bahwa bunga tersebut memanglah indah
luar dalam. Warnanya lembut, bentuk kelopaknya sederhana, manfaatnya juga banyak. Aku selalu berpikir untuk jadi
cantik. Meskipun begini, aku kan juga perempuan. Di lubuk hatiku yang paling dasar, aku juga suka hal-hal yang memiliki nilai estetika dominan. Walaupun, yah… aku lebih mencenderungkan dedikasi pada sesuatu yang boyish karena sering menganggapnya keren.
Kau tahu? Aku sewaktu-waktu dapat iri juga pada mereka,
para perempuan, yang feminim dan cantik. Aku tidak
sedang membahas seseorang yang memakai bedak
tebal sekitar 2cm dari permukaan kulit, atau gincu yang membara seperti warna latar studio foto yang biasa digunakan untuk foto KTP, tidak. Aku sedang membicarakan mereka,
para perempuan, yang wajahnya bersinar entah karena apa dan yang suaranya lembut saat berbicara.
Aku sakit hati! Aku tidak pernah bisa jadi seperti
itu. Aku terlalu liar. Aku ini rumput liar. Aku tak indah, tak cantik, tak menarik.
Akulah gadis yang tak punya waktu jadi gadis. Aku gadis jadi-jadian, paham? Lantas mengapa kau masih
mengasihiku? Mengapa kau suka padaku? Aku bukan perempuan seutuhnya.
Aku tak sanggup membasuh kulitku yang berkerak setelah tersayat. Aku tak bisa
mandi tiap waktu sebab tak tahan air. Aku jarang gosok gigi. Aku pemalas. Aku bajingan.
Aku keparat, bangsat, bedebah, brengsek! Wajahku penuh luka, kau tahu? Kadang-kadang
aku ingin dilindungi, bukan melindungi; kadang-kadang aku ingin digendong,
bukan menggendong; kadang-kadang aku ingin dituntun, bukan menuntun;
kadang-kadang aku ingin jadi lemah; kadang-kadang aku ingin bersembunyi di balik punggung seseorang, bergantung, lalu
menangis. Tapi tidak bisa.
Kau yakin ingin meneruskan
ini semua? Aku cuma seorang gadis yang keras kepala. Tetapi
baru-baru ini kau menunjukkan sisi lain yang ada pada diriku
yang bahkan aku sendiri pun tak tahu. Bahwa ternyata, aku juga bisa jadi orang baik. Denganmu, aku
belajar jadi orang yang lebih perhatian terhadap
sesama. Peka terhadap hal-hal kecil. Meminta izin sebelum melakukan sesuatu yang bersangkutan dengan orang lain. Tidak sungkan
untuk minta maaf bahkan ketika kau tak bersalah. Kamu memanusiakan aku.
Aku tidak yakin dengan semua
ini. Sudah letih aku berharap lebih. Kadang-kadang aku malu mengakui. Mungkinkah
aku akan menaruh hati lagi? Sedang hatiku kini cuma berupa serpihan yang amat sangat kecil, sisa-sisa remukan di masa lalu.
Takkan mampu serpihan itu digenggam, sebab massanya tidak lebih dari massa sebutir pasir. Mau kau taruh di mana serpihan
itu? Di mana? Tempat yang tidak akan bisa
meluputkan, dan menyimpannya jelas untuk selamanya?

1 Komentar
Anjing, zizik gue liat tulisan ini :"v
BalasHapus